Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penyebab dan Cara Menghilangkan Kebiasaan Mencabut Rambut

Trikotilomania adalah kondisi kelainan yang mana penderitanya memiliki dorongan yang tidak tertahankan untuk mencabuti rambut sendiri. Karena tidak adanya kemampuan dalam mencegah diri untuk tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, maka trikotilomania termasuk kelompok masalah psikologis yang disebut dengan gangguan pengendalian impuls (impulse-control disorder). Kondisi ini paling banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki dan umumnya ditemukan pada usia remaja.

Selain mencabuti rambut di kepala, ada juga penderita trikotilomania yang suka mencabuti rambut di bagian-bagian lainnya, seperti:
  • Mata (bulu mata dan alis)
  • Wajah (kumis, janggut, dan jambang)
  • Ketiak
  • Dada
  • Perut
  • Kemaluan
  • Tangan dan kaki

Apabila penderita trikotilomania mencoba menahan keinginan untuk mencabuti rambut, biasanya akan timbul semacam perasaan tegang, gelisah, dan tidak nyaman pada diri mereka. Sebaliknya, ketika keinginan tersebut sudah terpenuhi, mereka akan merasa lega.

Penyebab dan Cara Menghilangkan Kebiasaan Mencabut Rambut_
image source: bfrb.org

Banyak penderita trikotilomania yang menyangkal bahwa diri mereka bermasalah. Ketika terjadi kebotakan, biasanya mereka akan menyembunyikan bagian yang botak tersebut dengan memakai topi, alis palsu, atau bulu mata palsu.

Tapi tidak semua penderita trikotilomania merasa senang atau lega setelah mencabuti rambut. Beberapa di antaranya malah jadi merasa malu dengan perilaku mereka dan merasa minder karena penampilan fisik mereka menjadi tidak menarik.

Gejala lain yang bisa terlihat dari penderita trikotilomania adalah mereka suka mengamati rambut-rambut yang sudah dicabut (misalnya mengamati akarnya) atau memilin-milin rambut tersebut. Pada beberapa kasus, penderita bahkan mengunyah atau memakan rambut mereka.

Penyebab Trikotilomania


Ada dugaan bahwa trikotilomania berkaitan dengan kelainan pada jalur penghubung bagian-bagian di dalam otak yang berperan dalam mengatur gerakan, emosi, dan impuls, serta dalam membentuk kebiasaan. Namun hal ini merupakan salah satu faktor saja. Banyaknya faktor lain yang juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena trikotilomania menyebabkan kondisi ini sulit untuk disimpulkan penyebabnya.

Menurut penelitian, genetik adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya trikotilomania. Seseorang yang memiliki keluarga dekat pengidap trikotiloma diyakini berisiko tinggi mengidap kondisi yang sama. Selain genetik, jenis kelamin dan umur juga berpengaruh. Kasus trikotilomania paling banyak ditemukan pada perempuan usia praremaja, yaitu kisaran usia 11-13 tahun, ketika terjadi perubahan hormon.

Menurut penelitian yang lain, trikotilomania kadang-kadang berkaitan dengan masalah psikologis lain, seperti gangguan kepribadian, gangguan makan, gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan zat. Ini artinya sejumlah penderita trikotilomania juga menderita kondisi-kondisi tersebut. Mereka beranggapan bahwa mencabuti rambut merupakan solusi untuk mengatasi rasa tegang, cemas, stres, dan frustrasi.

Celakanya pemikiran salah itu terus mereka pertahankan. Selain kondisi-kondisi yang sebelumnya disebutkan, trikotilomania juga kadang-kadang berkaitan dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD) yang mana salah satu gejalanya adalah terjadinya repetisi (pengulangan) perilaku.

Diagnosis Trikotilomania

Berdasarkan keterangan atau informasi yang didapat, dokter dapat menyimpulkan bahwa seorang pasien mengalami trikotilomania apabila:
  • Dia sering mencabuti rambutnya sehingga nampak kebotakan pada bagian tertentu saja.
  • Keinginan untuk mencabuti rambut begitu kuat hingga tidak bisa dicegah lagi.
  • Ada perasaan tegang yang meningkat sebelum mencabut rambut dan perasaan lega setelah selesai mencabut rambut.
Tidak ditemukan penyebab lain dari kebotakan (misalnya infeksi kulit)
Tindakan mencabut rambut menyebabkan stress atau mempengaruhi kehidupan harian penderita, misalnya di tempat kerja.

Pengobatan Trikotilomania

Trikotilomania bisa diobati melalui psikoterapi. Jenis psikoterapi yang umumnya direkomendasikan untuk penanganan kondisi ini adalah terapi perilaku kognitif atau cognitif behavioural therapy (CBT). Melalui CBT, pasien akan dibantu oleh seorang ahli dalam mengubah perilaku negatif mereka menjadi positif (dalam kasus ini adalah mencabuti rambut).

Selain dengan mengedukasi pasien mengenai kondisi yang mereka alami dan cara mengatasinya, ahli juga akan membantu pasien memperbaiki anggapan mereka tentang diri sendiri sendiri dan tentang bagaimana mereka berhubungan secara sosial. Di dalam CBT, terkadang ahli terapi akan melibatkan keluarga pasien untuk memberikan dukungan.

Sering kali dalam penanganan trikotilomania, CBT akan dikombinasikan juga dengan pemberian obat. Salah satu obat yang biasanya diresepkan adalah clomipramine. Meskipun obat ini utamanya diperuntukan untuk mengobati OCD dan depresi, clomipramine terbukti efektif dalam kasus trikotilomania.

Selain clomipramine, obat lain yang mungkin diresepkan oleh dokter ahli adalah obat golongan penghambat pelepasan selektif serotonin atau selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti obat-obatan yang mengandung fluoxetine dan sertraline.

Dalam menggunakan obat-obatan di atas, sangat penting bagi pasien untuk mematuhi aturan pakai dari dokter agar cepat sembuh dan terhindar dari efek samping.

Komplikasi Trikotilomania

Banyak efek negatif yang bisa timbul dari penyakit trikotilomania. Selain menyebabkan kebotakan (alopecia), penderita kondisi ini juga bisa mengalami tekanan psikologis, seperti perasaan malu, bersalah, dan terasing. Hal ini bisa berimbas pada hubungan sosial dan menurunnya prestasi di bidang pekerjaan atau pendidikan.

Pada sejumlah kasus, trikotilomania juga bisa menyebabkan trichobezoars atau terbentuknya gumpalan-gumpalan rambut di dalam perut. Komplikasi ini bisa terjadi apabila penderita trikotilomania sering memakan rambut yang mereka cabuti.